Puisi Conie Sema
HALAMAN BELAKANG BULETIN HUJAN
kaulembabkan tanah kering
sebatang meranti ditanamkan
runtunan glosarium kata terangkai
jengkal batang hujan yang turun pelan saat kau sebut indeks di sisa kemarau ketika bulir embun
dicatatkan pada daun di hari melilit kesedihan itu ya hampir kau temukan kata
baru menyebut hujan sebagai liris amarah terburai petir sebelum menitir tanah
siapa kau sebut tentu bukan lelaki
menjengkelkan yang berlari di derap hujan berpayung menuntunmu ke tepi jalan
sembari menggenggamkan puisi di tanganmu dan kau jawab hujan akan berhenti tak ada sesuatu
berlebihan untuk dipilih disusun sebagai glosari ketika biji-biji tertidur di
tanah lalu berkecambah di sisa hutan usai terbakar
pada kasidah terakhir kaudapatkan kata menyeru tengara menyusun sirkulasi angin dan rongga hujan sejengkal sejengkal sampai puisi-puisi itu bertutur kembali dari gemerutuk panjang derap hujan yang mengingatkan kabut tidak menjadi asap mengingatkan kota-kota yang tenggelam mengingatkan lelaki berzikir meminta-minta hujan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar