Lelaki berkulit gelap itu kini sendiri. perbukitan dan hutan bukan lagi kebun miliknya. kami semakin terdesak di tanah sendiri, bisiknya; laut, langit hingga ke perut bumi semua sudah dijaga. semua dikonsesi dan dikuras habis-habisan. kami tak mampu melawan. selalu kalah. kami bertahan hidup dengan sepetak kebun kecil. mengais-ngais serpihan tambang di hilir sungai, karena miliaran ton batuan biji emas dan tembaga, sudah diamankan di wilayah konsesi.
Lelaki berkulit gelap itu semakin sendiri. ia menatap kampung sanak
saudaranya semakin jauh. meninggalkan keramaian. mereka bukan penakut.
mereka pemberani. sudah ribuan yang mati karena mempertahankan hak
hidupnya. Hak leluhurnya.
Lelaki berkulit gelap bertelanjang dada itu adalah Papua. Bukan Tolikara. "Kami bukanlah masjid. bukan gereja. kitab suci kami adalah alam dan kehidupan. dan itu sudah dirampas!" Ia berteriak berlari ke puncak bukit. memukul-mukul tifa sekeras-kerasnya. sementara di lembah bukit, ratusan juta orang menari hula-hula bersama tarian asing lainnya.
Lelaki itu terus memukul tifa, sampai gelap tiba.
CONIE SEMA, 25-07-2015
Lelaki berkulit gelap bertelanjang dada itu adalah Papua. Bukan Tolikara. "Kami bukanlah masjid. bukan gereja. kitab suci kami adalah alam dan kehidupan. dan itu sudah dirampas!" Ia berteriak berlari ke puncak bukit. memukul-mukul tifa sekeras-kerasnya. sementara di lembah bukit, ratusan juta orang menari hula-hula bersama tarian asing lainnya.
Lelaki itu terus memukul tifa, sampai gelap tiba.
CONIE SEMA, 25-07-2015