LAKI-LAKI MENYEBUT MARIE
aku berpikir sebagai perempuan. tidak laki-laki. aku berpikir seperti marie di remang sore itu. tidak ada rudolf atau mawar samuel tertempel di tatto tubuhmu. sangat purba. gambar-gambar yang pernah menggodaku. ihwal kecemasan. marie menghapal benda-benda bergerak dalam ruang warna-warni cahaya. kebebasan yang menyakitkan. degung. pura-pura sepanjang jalan. batu-batu memancar kesunyian. senyap sekali ketika ruang menyebut marie. marie hanya berjarak satu meter sepanjang tepi-tepi kau lewati.
aku berpikir sebagai laki-laki. tidak perempuan. di sore
terakhir menjemputmu. ketika ritual malam mengantar trance di luar pura. cafe
sesak. seseorang entah siapa lagi tiba. kerauhan-kerauhan silam. kenangan suci
dalam mie instan. segelas kopi lama mendingin. oh, kau marie setiap pulang
nyerupa dewa. menjadi shindu dan sesuatu yang tidak pergi. memangku alam dari
pertengkaran identitas. kelamin. sexisme. seperti rudolf dan mawar samuel
menjilati lelehan coklat di bibirmu. tuhan. tangan mereka melayang laksana
kecak. diksi yang menggerutu. tuhan. itu ruang kembali menyebut marie.
aku berpikir sebagai laki-laki. membangun tubuhku seasal bayi.
tumbuh. tumbuh. marie di mana kau pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar