Lukisan Anarkhisme by Google |
TUHAN menciptakan minyak, gas, dan energi, untuk dikelola dan
dimanfaatkan bagi semua makhluk hidup di negeri ini. Bukan untuk
dikuasai sekelompok orang. Sejumlah tokoh lintas agama pernah
mengingatkan, bahwa sistem perdagangan WTO tidak sejalan dengan
nilai-nilai agama. Tidak syariat. Karena tidak ada keadilan yang
diperoleh rakyat kecil selaku bagian dari bangsa Indonesia.
Mau ilmu dan teori mana pun, liberalisasi migas hanya menguntungkan
negara dan pemilik modal (kapital). Liberalisasi di sektor apa pun akan
menggilas rakyat kecil. Di balik kebijakan Jokowi meliberalisasikan
harga migas dan energi, atas desakan IMF, World Bank, dan sekutu Neolib
lainnya, semakin pahamlah kita, kemana arah keberpihakan pemimpin kita
ini.
Sementara di bagian hulu, sistem tata kelola migas masih dikuasai para mafia dalam dan luar negeri. Ironisnya lagi, biaya cost index pengolahan dan pengelolaan, baik yang diserahkan kepada investor domestik maupun investor asing, dibiarkan terus membengkak dan menggerogoti anggaran negara.
"Kebijakan pemerintah itu, harus dilawan dan dihentikan. Negeri ini bukan milik sang pemangku kebijakan. Negeri ini bukan milik pemegang kekuasaan. Negeri ini milik kita semua, rakyat Indonesia. Kekayaan di laut, darat, dan udara milik kita. Dan, kamu para pemegang kuasa rakyat, berhentilah merampok negeri ini!"
Nah, itulah kemarahan kawanku, pagi ini. Aku cuma bilang, boleh marah tapi jangan kau gigit jari kakiku...hehehe!
Kemiling, 28 Maret 2015
Sementara di bagian hulu, sistem tata kelola migas masih dikuasai para mafia dalam dan luar negeri. Ironisnya lagi, biaya cost index pengolahan dan pengelolaan, baik yang diserahkan kepada investor domestik maupun investor asing, dibiarkan terus membengkak dan menggerogoti anggaran negara.
"Kebijakan pemerintah itu, harus dilawan dan dihentikan. Negeri ini bukan milik sang pemangku kebijakan. Negeri ini bukan milik pemegang kekuasaan. Negeri ini milik kita semua, rakyat Indonesia. Kekayaan di laut, darat, dan udara milik kita. Dan, kamu para pemegang kuasa rakyat, berhentilah merampok negeri ini!"
Nah, itulah kemarahan kawanku, pagi ini. Aku cuma bilang, boleh marah tapi jangan kau gigit jari kakiku...hehehe!
Kemiling, 28 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar